Minggu, 21 Oktober 2012

INTERMEZZO


20 Oktober 2012, hari dimana aku akan menuntaskan kewajibanku menuntut S1 Gizi di sebuah PTN di Malang, Kota kelahiranku. Pada hari itu juga perasaan bercampur aduk dibenakku. Satu sisi aku gembira, aku bahagia, karna aku LULUS, dan itu berarti aku telah mewujudkan cita-cita orangtua aku. Aku melihat senyum mereka, ketika mengantarkan aku. Begitu besarnya harapan mereka. Dan sekarang lah hari yang mereka nanti-nanti. Langkahku mantap dan percaya diri. Aku seolah ingin mempersembahkan hadiah kelulusanku semata-mata untuk mereka.
Sisi lain yang melayang – layang dibenakku. Apa arti S1? Apakah wisuda ini akan mengubah nasibmu? Lalu apa rencanamu setelah ini?
Pertanyaan – pertanyaanku sendiri yang tak bisa ku jawab. Ini lah momok yang banyak ditakutkan mahasiswa setelah lulus. Banyak diantara mereka binggung mau kemana. Fase dimana seseorang bukan lagi menyandang nama “Mahasiswa” tapi juga bukan “Pekerja”. Inilah fase dimana mereka disebut Pengangguran. Ditambah opini masyarakat terhadap sarjana baru lulus. Harapan mereka yang besar belum bisa diwujudkan seorang sarjana menjadikan mereka sedikit kecewa dan akhirnya membuat gossip, guncingan yang seolah memojokkan sarjana, kuliah mahal ga menghasilkan apa-apa.
Itu kenyataan, pada Fase pengangguran, seorang dengan pendidikan sarjana sekalipun harus siap dengan keadaan di tolak, diremehkan, Gagal, dan sebagainya. Tapi yang lebih penting dari itu semua adalah rasa percaya diri dengan kemampuan. Sarjana sesungguhnya sudah dibekali dengan kemampuan, hanya butuh waktu dan pengalaman untuk mengasah kemampuan tersebut. Ada yang pernah bilang ini adalah suatu proses, mau tidak mau harus di lalui, suka tidak suka harus disukai.
Flash back ke belakang, mengingat nyamannya kuliah. Bangun tidur, berangkat kuliah, mejeng sama temen, tugas kelompok, lalu pulang. Sehari hari begitu terus. Hal yang monoton tapi jarang orang menyadari karna memang mereka masih berada di “Comfort Zone”. Lalu lulus dengan riwayat seperti itu, apa yang bisa dibanggakan????
Untunglah sewaktu kuliah aku masih mengikuti organisasi. Walaupun bagiku masih kurang optimal dan belum secara maksimal membentuk softskillku, tapi setidaknya aku punya modal. Rasanya jika mengingat masa-masa itu, ketika masih ada waktu, harusnya aku masih bisa berkarya lebih banyak lagii, melihat adik tingkat yang sukses ini itu, terkadang aku sempat menyesali waktu yang sudah berlalu. Oleh sebab itu, aku semakin mengerti apa arti waktu. Waktu tak akan kembali, dia akan terus berlalu, dan berlalu. Waktu membutuhkan orang yang berfikir ke depan. Seorang yang Visioner, bukan orang yang sibuk mengeluhkan masa-masa di belakangnya. Pandangan itu yang sekarang slalu aku ingat. Bagi seorang yang visioner, pertanggungjawaban hidup adalah berkarya. Alangkah baiknya sekecil apapun kesempatan kita gunakan untuk berkarya. Tak haruslah berkarya yang besar2 dulu, melalukan hal hal kecil secara konsisten akan menghasilkan hal besar. Dan Hidup adalah tantangan dimana nyali kita di uji.
Kunci untuk sukses sejak dini adalah planning, doing, and evaluating yang artinya rencanakan sejak awal apa yang akan dilakukan, kalau perlu gambarkan dalam bentuk mind map sehingga rencana itu jelas. Rencana yang jelas akan memudahkan untuk langkah kedua à doing, yang artinya mengerjakan rencana2 itu, segera dan secepatnya. Jangan tunggu waktu berlalu,,,ingat waktu akan berlalu dan terus berlalu, tidak ada ceritanya waktu akan menunggu orang yang suka menunda-nunda, yang masih memikirkan mengapa dilakukan. Yang dibutuhakan adalah orang yang berfikir kapan akan dilakukan. Baru langkah selanjutnyaà evaluating, yang artinya apa yg sudah kita lakukan bukan berarti dibiarkan begitu saja, tetapi sebaiknya di evaluasi, mengapa masih gagal? Mengapa belum optimal? Bagaimana cara lebih baik lagi?, pemikiran-pemikiran seperti itu yang dibutuhkan untuk maju. Namun, pada akhirnya, sesungguhnya pengendali waktu itu adalah kita sendiri. Mau dikendalikan seperti apa itu semua hak kita dan kita bebas menentukannya.

Selasa, 25 September 2012

Borak = Bleng = Ketek




-->
Post kali ini membahas soal “Bleng”, ato Ibuku menyebutnya dengan “Ketek” (Basa Malangan). Sewaktu ibu mau bikin kerupuk dari nasi, Q liat sesuatu yang bentuknya kotak dan berwarna kuning yang kata ibu namanya “ketek”. Lanjut kata ibu, fungsinya ketek itu sendiri untuk mengenyalkan adonan krupuk sehingga teksturnya bagus. Emang sih ku akuin, kerupuk ketek buatan ibu itu enak dan bikin ketagihan. Udah rasanya gurih, renyah pula. Wes mantep tenan kalo di santap sambil nonton TV ^^,
Tapi yang jadi penasaran sekarang adalah ketek. Apa itu ketek itu aman? Terbuat dari apa ya dia, dan adakah bahayanya?
Dari googling, ko ga nemu ya nama “ketek”, yang ada ketEk (sebutan kera), hohoho
Abis baca2 artikel, akirnya di ketahui kalo ketek itu sama dengan Bleng…
Bleng adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar. Nama lain bleng diantaranya natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat. Bleng merupakan bentuk tidak mumi dari boraks, sementara asam borat mumi buatan industri farmasi lebih dikenal dengan nama boraks. Dalam bentuk tidak mumi, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur (sepertidi Bledug Kuwu, Jawa Tengah).
Bleng biasa digunakan pada pembuatan bakso, mie, lontong, ketupat, dan kerupuk puli, fungsinya untuk mengembangkan dan memberikan kekenyalan pada bahan, serta memberi aroma dan rasa yang khas. Sebagian produsen kerupuk tetap menggunakan bleng karena kalau tidak memakai bleng, hasil kerupuknya kurang bagus. Dan ketika dijual, pemasarannya jadi menurun karena konsumen sukanya kerupuk yang renyah dan gurih (baca : menggunakan bleng).
Padahal Bleng itu sendiri menyimpan bahaya yang perlu diwaspadai. Karena dampaknya tidak serta merta muncul setelah mengonsumsi makanan mengandung bleng melainkan bersifat komulatif (sedikit – demi sedikit) sehingga mengumpul dalam tubuh. Dampak Bleng diantaranya Seringnya mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian.  
Wiih,,,,Serem bukan ???, makanya perlu dicari alternative pengganti bleng yang aman dan terjangkau oleh masyarakat. Salah satunya dengan memakan STPP atau Sodium Tripolyphosphat. STPP merupakan senyawa polifosfat dari natrium dengan rumus Na5P3O10. STPP berbentuk bubuk atau granula berwarna putih dan tidak berbau. sifat-sifat fosfat yang utama adalah sebagai buffer dan pengontrol pH, dapat menginaktifasi ion logam yang biasanya merusak sistem pangan dengan membentuk endapan seperti kation kalsium, magnesium, tembaga dan besi, berperilaku sebagai polivalensi dan polielektrolit. Fosfat juga berperan dalam hal nutrisi melalui pembentukan kompleks yang stabil dengan kalsium, besi dan magnesium yang memungkinkan nutrient tersebut terserap dinding usus dapat digunakan oleh tubuh.
Manfaat STPP diantaranya STPP mampu menambah citarasa, memperbaiki tekstur, mencegah terjadinya rancidity (ketengikan), dan meningkatkan kualitas produk akhir dengan mengikat zat nutrisi yang terlarut dalam larutan garam seperti protein, vitamin dan mineral (Shand, et al., 1993). Hal ini sesuai dengan pernyataan Thomas (1997) bahwa STPP dapat menyerap, mengikat dan menahan air, meningkatkan water holding capacity (WHC), dan keempukan.  
Untuk lebih sederhananya, kalau tidak ada STPP, bisa menggunakan air abu dari pembakaran merang (batang padi) atau dari pembakaran klaras (daun pisang yang udah kering).
Sepertinya cukup sekian postingan kali ini. Yang jelas, kita harus lebih seleksi lagi memilih jajanan. Yah,,,syukur2 bisa bikin sendiri aja, karna dimanapun makanan yang dibuat sendiri lebih mudah dikontrol bahan dan prosesnya dibanding makanan yang dibeli. Hmm…jadi makin semangad belajar memasak…
Sumber :
Supraptini, dkk. Kualitas Bahan Makanan di Pasar Tradisional di Beberapa Kota Di Indonesia (Kota Sragen di Jateng dan Gianyar Bali). Laporan Hasil penelitian. Puslitbang ekologi dan status kesehatan, Badan Litbangkes, Kementrian Kesehatan RI.
http://aniezhazma.blogspot.com

Minggu, 09 September 2012

Gimana Penyimpanan ASI yang Baik ??

Gimana Penyimpanan ASI yang Baik ??
Saat ini, banyak wanita memilih untuk berkarir di luar rumah daripada sebagai ibu rumah tangga. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor ekonomi salah satunya. Nah, secara tidak langsung juga mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif untuk ibu bekerja. Padahal ASI itu mutlak dibutuhkan buat si baby. Tapi ibu – ibu tidak perlu khawatir karena ASI bisa di simpan dan kualitasnya pun tetap terjaga selama cara penyimpanannya benar. Untuk itu, posting kali ini membahas tentang bagaimana cara menyimpan ASI dengan benar. Hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
Ø  Simpan ASI dalam botol yang telah disterilkan terlebih dahulu.
Ø  Botol yang baik terbuat dari gelas atau kaca. Namun, bila tidak ada, bisa menggunakan botol plastik yang kuat dan tidak meleleh ketika direndam air panas.  Sebaiknya jangan menggunakan botol yang bergambar karena ada  kemungkinan catnya meleleh jika terkena panas.
Ø  Simpan ASI di dalam botol yang tertutup rapat, jangan ditutup dengan dot karena masih ada peluang untuk berinteraksi dengan udara.
Cara penyimpanan ASI yang berbeda akan mempengaruhi daya tahan ASI itu sendiri. ASI dapat bertahan selama ± 6-8 jam jika disimpan pada suhu ruangan (maksimal 25 derajat Celcius). Suhu ruangan lebih dari 25 derajat Celcius tidak aman untuk menyimpan ASI. Tips untuk menjaga agar suhu tidak terlalu panas dengan menyelubungi handuk basah/dingin. Sedangkan  ASI dapat bertahan selama ± 24 jam, jika disimpan pada wadah khusus (tas atau termos) yang diselubungi es batu atau es balok.
ASI yang disimpan dalam kulkas (suhu 4 °C) dapat bertahan selama ± 5 hari. Kulkas yang sering dibuka-tutup akan mempengaruhi suhu di dalam kulkas tersebut, sehingga menyimpan di bagian terluar tidak menjamin kestabilan suhu. Untuk penyimpanan ASI dalam freezer (suhu 15 °C) dapat bertahan selama ± 2 minggu. Jika menggunakan kulkas yang freezer-nya terpisah (memiliki pintu tersendiri), dapat bertahan selama ± 3-6 bulan.
.
            ASI yang sudah disimpan jika akan digunakan perlu memperhatikan cara – cara berikut :
  • Hangatkan wadah ASI dengan mengalirinya dengan air hangat, atau merendam sebagian wadah dalam air hangat. Usahakan agar bagian atas wadah (bagian yang ditutup rapat) tidak terkena air hangat tersebut.
  • Jika dikeluarkan dari freezer (ASI dalam keadaan beku), simpan terlebih dahulu di kulkas selama beberapa jam hingga tampak mulai mencair sebelum dihangatkan.
  • Jangan memanaskan ASI pada suhu yang sangat tinggi (direbus pada air mendidih), karena akan merusak kandungan gizi di dalam ASI.
Semoga info ini bisa memberi manfaat dan dapat diaplikasikan. Karena bagaimana pun, ASI adalah hak bagi bayi untuk tumbuh kembang menjadi anak yang sehat. #salam sehat
Sumber : - Handayani, DS. 2007. Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Ibu di Puskesmas Sukawarna Kota Bandung Periode Desember 2006 s/d Januari 2007. Program D4 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
- http://www.asipasti.co.cc/

Selasa, 14 Agustus 2012

Salam Sehat

Salam sehat,
Alhamdulillah, keinginan untuk membuat blog akirnya kesampaian
Pembuatan Blog ini di latar belakangi karena keinginan untuk berbagi informasi mengenai pola hidup dan pola makan yang sehat,
saya berharap blog ini akan memberikan manfaat,
Terimakasih