Pagi itu
hawa dingin menyelimuti kami yang masih terlelap dalam tidur. Aku pun terbangun
dan mengucap syukur atas nikmat dan rahmad-Nya kepadaku. Suasana pagi itu
sangat sejuk sesejuk pohon – pohon yang ada di rumah Mbah Jiran. Rumah Mbah
Jiran ini adalah basecamp kami untuk beberapa minggu ke depan. Rumah dengan
arsitektur kuno, berhalaman luas dan di sekelilingnya di tanami bermacam –
macam pepohonan, tak luput di belakang rumah juga ada beberapa tanaman buah. Di
sini Mbah Jiran hanya tinggal bersama istrinya, Mbah Endang. Mereka sosok orang
tua yang humanis, tak lekang oleh usia, semangatnya masih membara, apalagi jika
Mbah Jiran sedang menceritakan masa mudanya. Oouh…. Masa muda yang di penuhi dengan
pretasi. Mbah Jiran dulu adalah seorang guru, sekaligus atlet lari. Sifat
kedisiplinannya masih terlihat walau kulit sudah keriput, dan mata sudah tidak
sejelas dulu. Bu Endang adalah sosok pendamping yang sangat setia, sabar dan
penuh kasih sayang kepada siapapun, tidak terkecuali kepada kami. Rumah ini,
basecamp pertama kami yang tentu saja tidak bisa aku lupakan, bahkan sampai
sekarang.
Saat itu
waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB. Setelah Sholat Subuh aku bergegas untuk
antri mandi sebelum teman – teman yang lain bangun. Tak jarang kami sering
berebut untuk mandi duluan. Paling sering aku di serobot oleh mas Warsho, salah
satu teman kami yang senior. Di saat yang lain sedang bergantian mandi, kami
membeli sarapan. Biasanya ketika pagi kami ke pasar Prigi yang letaknya kurang
lebih 500 meter sebelah timur rumah Mbah Jiran. Pasar ini ramai ketika pagi
hari saja. Di sana ada makanan yang khas, tetapi aku lupa namanya, bentuknya
seperti lontong sayur, yang biasa di makan dengan sayur manisah dan peyek. Harganya
cukup ramah di kantong kami, mungkin sekitar 4.000,- saja. Jika tidak ke pasar
Prigi, kami ke warung Mbah Ginah. Sejarah menemukan warung mbah Ginah ini,
awalnya kami memperoleh informasi dari responden, dari mulut ke mulut. Yup, di
sana favorit buat temanku yang bernama Udin, karna citarasanya yang maknyus,
semua masakannya masih di masak memakai pawon (memasak menggunakan kayu bakar),
sistemnya prasmanan, dan harganya ramah banget di kantong.
Selepas
sarapan bersama (untuk makan tim kami memang mengusahakan untuk selalu makan
bersama), kami bergegas untuk mengecek tas masing2, dan kemudian berangkat ke
rumah responden masing – masing. Kali ini aku mendapatkan giliran mengunjungi
rumah salah satu responden yang tidak bisa kami sebutkan namanya, beliau
seorang lansia yang usianya lebih dari 60. Sehari – hari bapak ini membuat
reyeng, ialah keranjang ikan yang terbuat dari bambo yang di bilah – bilah
kemudian di anyam. Beliau bekerja hanya dengan istrinya. Sedangkan anaknya,
bekerja sebagai nelayan. Tak jarang untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari,
beliau mencarikan rumput untuk kambing milik tetangganya. Walaupun hasilnya pun
tidak seberapa. Anaknya yang bekerja sebagai nelayan, hasilnya juga tidak
pasti. Untuk musim – musim tertentu, bahkan tidak ada ikan sama sekali untuk di
tangkap. Di luar kesempitan hidup, keluarga ini tampak senantiasa bahagia. Di
tengah – tengah perbincangan kami, ada saja celetuk beliau yang membuat kami
tertawa. Sungguh menyenangkan keluarga ini. Keluarga yang ramah, dan hangat.
Mereka tidak mempermasalahkan kesulitan ekonomi, karena mereka tahu bahwa
rejeki itu sudah di atur oleh-Nya. Tak terasa perbincangan kami pun sudah
sampai jam 14.00, aku berpamitan kepada beliau untuk istirahat sejenak di
basecamp dan malam nanti akan kembali lagi.
Malam pun
tiba, selepas Maghrib, aku menyiapkan beberapa alat kesehatan. Selanjutnya
bergegas ke rumah beliau untuk meneruskan perbincangan kami yang tadi siang
belum selesai. Sesampainya di sana, kami di sambut dengan ramah, dan semua
anggota keluarga sudah berkumpul. Tak jarang di tengah – tengah perbincangan,
beliau menguap tanda mengantuk, aku semangati beliau dengan mengajaknya
bercanda, alakadarnya hehe…. Karna aku pun juga tidak terlalu humoris orangnya.
Dan ssst…. Lampu mati, perbincangan makin seru walaupun lampu mati. Dengan
penerangan seadanya, akhirnya pengumpulan data untuk keluarga ini selesai.
Saatnya pengukuran kesehatan, keluarga sangat antusias, kami pun makin
bersemangat. Dan setelah jam 09.15, semuanya selesai selepas memberikan tanda
terimakasih kami berpamitan pulang….. to be continue
Sobat
– sobat sekalian, pernah Anda melakukan diet untuk menurunkan berat badan ???
Pada awal – awal berhasil tapi setelah beberapa waktu berat badan Anda bukannya
ideal, melainkan bertambah dan bahkan melebihi berat badan semula sebelum diet.
Hal itu sering terjadi pada beberapa klien yang mengeluhkan usahanya untuk
menurunkan berat badan.
Tubuh
sehat secara alami adalah dambaan semua orang. Begitu juga dengan usaha
menurunkan berat badan secara sehat, alami dan permanent merupakan salah satu
hal yang ingin di ketahui banyak orang dan akan kita bahas bersama di sini.
Berat badan ideal adalah suatu hal yang “possible” (baca : mungkin) bagi siapa
saja yang menginginkan. Namun, untuk mendapatkannya perlu usaha, komitmen dan
rasa percaya diri. Bukan malah Anda terlalu percaya pada obat – obat pelangsing
yang mahal atau diet – diet popular yang justru berbahaya.
Diet
Anda gagal disebabkan kurang realistis dan cara diet yang dilakukan tidak
sesuai untuk di terapkan secara permanent. Tubuh kita sudah di desain untuk
meningkatkan berat badan, bukan untuk menurunkan berat badan. Ketika Anda
sangat membatasi asupan makanan yang masuk ke tubuh kita, secara otomatis tubuh
melakukan adaptasi. Pada mulanya, metabolisme tubuh Anda akan menurun.
Tujuannya untuk menghemat energi. Kemudian simpanan – simpanan energi dalam
tubuh akan di pecah. Tidak hanya lemak yang di pecah, tetapi juga simpanan
energi di dalam otot. Simpanan energi dalam otot sering saya sebut sebagai
massa otot. Ketika pemecahan otot terjadi, tentu saja itu akan berpengaruh pada
berat badan Anda yang berkurang. Tapi jangan bangga dulu karena diet Anda
berhasil.
Massa
otot sangat penting bagi tubuh kita. Ketika massa otot mulai berkurang,
metabolisme tubuh berjalan lebih lambat. Anda mungkin akan merasa tidak ada
masalah pada minggu pertama diet tetapi setelahnya ketika tubuh banyak
kehilangan energi, bahkan Anda merasa kelaparan. Hal tersebut mempengaruhi Anda
untuk melanggar diet dengan makan lebih banyak. Dan di sinilah “titik awal”
kegagalan diet Anda.
Sobat
sekalian, untuk mendapatkan tubuh dengan berat badan ideal yang aman dan
permanent perlu ada strateginya. Lain waktu akan kita bahas bersama tentang
bagaimana tips dan trik untuk menurunkan berat badan yang aman. Yang terpenting
adalah tetap focus dan komitmen karena proses ini tidak mudah. Jika ada
seseorang atau iklan yang mengklaim menurunkan berat badan secara instant, itu
“salah”. Tidak ada obat, formula, atau alat yang bisa menurunkan berat badan
secara cepat dan mudah karena semua butuh proses. Okey, terimakasih dan semoga
bermanfaat.
Saat
detik – detik terakhir Training Center (TC) di Surabaya akhir bulan April lalu,
ada ekspresi sedih dan gak mau pisah dengan enum dari kota/kab lain. Hal itu
karena selama kurang lebih 9 hari di sana kami merasa sudah dekat dan seperti
keluarga. Tapi kembali lagi, di sini fokusnya adalah mengemban tugas negara. Mau
tidak mau, suka tidak suka, kami harus PULANG ke kota/kab masing – masing.
Untuk
enum Malang, kami dikumpulkan lagi tanggal 1 mei. Untung tidak langsung puldat
(pengumpulan data). Pada hari itu, semua enum Malang berkumpul di Dinas
Kesehatan (DINKES) Kota Malang untuk mengikuti pembukaan RISKESDAS 2013 wilayah
Kota Malang. Acara berlangsung cukup singkat, isinya sambutan – sambutan aja.
Eits,,,tapi ga boleh seneng dulu, karena ternyata setelah pembukaan, kami di
bawa ke tempat yang menurut orang DINKES itu basecamp kami nantinya. Dan ternyata,,,Basecamp
nya itu di ruang kosong deketnya RSB (Rumah Sakit Bersalin), sebelahnya ruang
operasi pula. Gimana gak keder waktu masuk. Hihii….Tapi enggak apa apa lah
untuk hari itu saja. Di sana kami ngecek – ngecek kuesioner. Seneng sih, rame –
rame. Bu Widji juga ikut lhoo (Bu Widji itu supervisor kami selama jadi enum di
malang).
Tepat
tanggal 3 Mei, kami mulai puldat. Lokasi sasaran kami di Wonokoyo. Hmm…daerahnya
orang MA (Madura Aseli) dan merupakan lokasi terjauh kami. Kami ber-25 langsung
terjun ke lapangan, lengkap dengan peralatan perang. Hehe,,,lebayy, Alhamdulillahnya
kami di sambut baik oleh warga sana. Sampe – sampe setiap rumah ada aja yang
kasih makanan. Yang ga bisa tak lupakan di Wonokoyo itu, aku pernah ke rumah
warga yang di dalemnya cuma ada 2 orang. Seorang kakek dan seorang ibu. Jangan salah,
ternyata mereka ini suami istri. Meski di usianya yang sekitar 70-an ini. Kakek
tersebut masih energik, dan lucunya ga ketulungan. Masih inget banget kalo sang
kakek sempet ngeramal pada usia berapa kami akan nikah. Aku, mbak Arin, dan
Puspa di buat ketawa terus sama beliau.
Lanjut
dari Wonokoyo, kami ke Gadang. Lokasinya 180 persen berbeda dari Wonokoyo. Maksudnya
lokasinya itu lo perumahan besar dan rata – rata orang penting. Otomatis kami
harus menyesuaikan bagaimana kami berkomunikasi, menjelaskan maksud dari
kedatangan kami, cara berpakaian juga kami perhatikan. Dari 2 lokasi pertama
itu aja kami merasa bahwa kerja di setting komunitas itu susah susah gampang. Dengan
karakter masyarakat yang berbeda – beda, adanya terbuka, ada yang tertutup,
status pendidikan yang bermacam-macam pun tidak kami abaikan.
Lokasi
yang masih teringat di benak saya setelahnya adalah Kasin. Yah, kalo kemarin –
kemarin yang kami hadapi etnis Madura, di sana yang kami ketemui adalah ONEC. Ada
yang tahu apa itu???. ONEC itu sebutan
salah satu anggota kelompok kami, Bu Nina. Kata beliau, kalo orang asli Malang
ngerti maksud dari bahasanya dia. Ternyata ONEC itu maksudnya etnis thionghoa/
cina. Jujur sebelum masuk ke lapangan, pikiranku sudah jelek duluan. Di bayanganku
nanti kami pasti ditanyain macem – macem yang duetill dulu baru orange mau
diambil data. Memang rata – rata orang cina itu kritis. Dan ternyata bener loh,
baru masuk aja kami wes ditanya soal SPJ (Surat Perintah Jalan) dari Dinkes,
Surat dari kelurahan, Surat RW, wes pokoknya detil banget. Tapi kami senang
karena itu suatu pembelajaran tersendiri bagi kami. Dan Alhamdulillahnya,
sebenernya kalau kita bisa menjelaskan informasi dengan baik kepada mereka,
kita pasti di terima baik kok sama mereka.
Hari
– hari berikutnya, kami juga turun ke lokasi yang berbeda – beda. Kami pernah
dapat lokasi di area Kota Malang sebelah timur. Kalau waktu itu pembaca ikut
bersama kami, mungkin semua tidak akan menyangka bahwa itu kota. Hmm…karena
daerahnya itu masih pelosok, masih banyak kebun tebu, jalan juga masih jelek (kalau
orang Malang menyebutnya “Gronjalan”), Puskesmas jauh, praktek dokter jauh,
sekolah juga lumayan jauh, apalagi rumah sakit dan Mall. Mata pencaharian
warganya rata – rata buruh membuat batu bata. Jumlah remaja yang menikah di
bawah umur juga tinggi. Kalau di pikir – pikir, ironis memang. Di tengah hiruk
pikuk kota yang semakin maju, kebutuhan financial yang semakin tinggi, kok ya
masih ada daerah yang seperti ini. Kami cuma berharap dengan apa yang kami
lakukan ini, setidaknya bisa membuat “Melek” pemerintah untuk lebih
memperhatikan masyarakatnya.
Lokasi
terakhir yang kami kunjungi adalah The OLD city (Sebutan kerennya Kota Lama).
Kalo di sini, kami ketemu dengan orang MA lagi. Ada yang masih inget??,,yup,
Orang Madura Aseli. Hehehe,,,,
Kota
Lama ini lokasi yang paling padat penduduknya menurut kami. Bener sih cuma satu
blok tapi jumlah ART (Anggota Rumah Tangga) nya per-rumah “lumayan”. Jalan-
jalan di daerah sini sensasinya sama dengan masuk kampung yang letaknya di gang
– gang kecil di Jakarta (kayak pernah aja ke Jakarta…liat dari TiPi doang,
hehehe). Kalau menurut saya pribadi itu pengalaman menarik yang mungkin susah
untuk di lupakan. Di mana kami jalan di antara rumah yang bisa di sebut “tidak
besar”, dengan banyak anak – anak kecil berlarian, ibu – ibu tua duduk – duduk di
teras. Beneran deh, Sensasinya “sesuatu”.
Suatu saat berharap bisa mengulang masa – masa ini. Dan di sini, kami belajar
banyak mengenai arti keluarga. Terutama soal tradisi “Makan Gak Makan Asal
Kumpul” dan “Banyak Anak Banyak Rejeki”. Sepertinya warga di sini memegang kuat
tradisi tersebut.
Hingga
kami temukan sebuah rumah yang menjadi salah satu responden kami. Rumahnya bisa
di bilang tidak besar. Kurang lebih ukurannya 15 m2 dengan jumlah
ART 5 orang. Dengan ukuran segitu di dalemnya sudah ada kamar mandi, kamar
tidur dan dapur, ada etalase kecil buat dagangan pula. Bisa di bayangkan kan? Bagaimana
ruwetnya. Dari perbincangan dengan si Ibu, untuk ukuran rumah segitu itu pun
kontrak. Perasaan kami ga karuan, antara ga tega tapi yah gimana lagi. Kami belum
bisa membantu apa – apa.
Flash
Back lagi ke responden – responden sebelumnya yang bisa di bilang hidup
berkecukupan. Pernah kami menemukan responden yang rumahnya aja 2000 m2.
Punya bengkel, warung makanan, dan galeri. Lantas kami berpikir kenapa ya jauh
sekali kesenjangan social. Ini aja masih level Malang. Bagaimana kalo sudah
level provinsi, bahkan pusat. Tanya kenapa???? Saya pun tidak bisa menjawab.
Dan
Akhirnya, banyak pelajaran yang bisa kami petik dari pengalaman – pengalaman kami
ketika menjadi Enumerator RISKESDAS 2013 untuk wilayah Kota Malang. Memang
sekilah melihat potretnya, banyak hal yang masih perlu di benahi. Kami hanya
berharap semoga apa yang telah kami lakukan bisa memberi manfaat. Bukan di
lihat dari besar kecilnya usaha yang kami keluarkan, tapi lebih kepada dampak
yang di hasilkan. thx
Tanggal 18 April
2013, tepat TC akan diadakan. Segala Planing sudah aku siapin hari – hari sebelumnya.
Hehe komplit sak snack, baju, dan tetek bengeknya.
Jam 09.00 pagi,
siap berangkat ke Surabaya. Kami berlima, ada Mas Mujib (ketua tim), Puspa, Bu
Nina, dan satu lagi yg belum ku kenal. Destinasi kali ini ke Empire Palace
Surabaya. Agaknya skitar 10 hari akan menginap disana. Dalam hati penasaran,
kaya gimana neh tempatnya…..
Aseeek,,,akhirnya
setelah menelan kemacetan kota Surabaya, sampe juga di hotelnya. Huii....kaya
jaman2 Romawi arsitekturnya. Then, kita masuk langsung menuju ke Lante 2 untuk
Opening Ceremony. Pas juga, perut lagi laper ternyata di Lante 2 sudah di
siapin prasmanan. Hihihi…
Opening
Ceremony, langsung di pimpin oleh Pak Agus, Ketua Pusat dari Proyek RISKESDAS
ini. Awalnya aku pikir MC lho Pak Agus ini, soalnya beliau low profile banget.
Hiks,,,Lucunya di tengah2 sambutan ada foto bersama setiap enumerator kab/kota.
Kooq ya ga di akhir acara aja sekalian. Yang di tunggu2 adalah pembagian kunci
kamar. Bareng2 deh nyari kamar yang ternyata ada deket lobby, aseek-aseek…
Sampe di kamar,
lumayan nieh, kamar kami luas di banding teman-teman lain. Rebahan dulu aahh
sebelum dapet materi nanti malem.
#Hari ke – 2
Materi masih
padet – padetnya. Gimana ga padet, kami berangkat ke Lante 2 (ruang Virginia B)
itu aja mulai jam 8.00 pagi sampe jam 20.30 malem. Apalagi kena materi Bangsen
(Bangunan sensus), posing wess. Hehehe,,,
Tapi semuanya ku
lalui dengan fun karna ada teman sekamar yang gokil – gokil. Ada Puspa, Mba
Arin (yang di mobil belum ku kenal), dan Mba Ais yang sekamar dengan kami.
#Hari ke 3
Tepat hari
Sabtu. Liat schedule, hwaduuh hari ne pulang jam 21.00. Padahal hari ne malem
minggu, pengen jalan-jalan. Kami tetep masuk jam 08.00 pagi, setelah breakfast
tentunya. Menu breakfast ga jauh beda dengan hari kemarin, Nasi goreng, mie
goreng, Ayam, tahu, dan tempe (bosen reek, hohoho). Tapi ga papalah mengganjal
perut sebelum kena materi dari Bu Wiji (PJT Kota Malang) dan Drg. Made (PJT Kab
Gresik). Huaamm,,,sek ngantuk rek. Alhamdulillah, materi kali nih banyak di
pegang Bu Made, jadi lebih cepet, hihihi. Daaan akhirnya materi hari ini udah
selesai jam 5 sore. Makasih Bu Made, kami bisa jalan – jalan.
Bergegas kami
mandi dan siap2 Hangout. Eitss,,buat mengirit ongkos kami makan dulu di hotel.
Baru setelah makan, capcus keluar. Sempet bingung sih, mau hangout kemana.
Tanya ke Pak Security, katanya TP deket (Tunjungan Plaza). Ya udah, ketimbang jalan
agak lumayan, kami pilih becak deh. Dalam hati, baru kali nih malem2 keliling
kota pake becak. Sekitar 20 menitan udah sampe di depan TP,,
“ Berapa Pak 2
orang?”, tanyak Puspa, temen sekamarku
“10 ribu aja
mba”, jawab bapak becaknya
Jadi kami
berempat tadi bayar 20 rb, cuma buat becak. Ga papa deh pokoke seneng,
whehehe..
Di TP, agak lama
sih kurang lebih 2,5 jaman. Nothing interested buat aku yang ga begitu suka
nge-Mall. Sampe kejebak beli Ice Cream. Uda ga Enak, mahal pula. Mending tadi
beli roti kaya temen-temen.
Saatnya balik,
pas di depan ada taxi. “Buruan deh tawar harganya, selak kemaleman”, mba Ais
ngingetin.
Oke dah, mba
Arin yang maju. Cukup 15 rb aja mba, kata pak Taxi nya. Yaaah,,,tau gitu tadi
brangkate naek taxi aja. Agak umpel2an soale isine berlima (ketambahan mb Ratna
yang kebetulan ketemu di TP). Nyampe di lobby Empire, foto – foto dulu.
“Kepingin Bakso
neh”, celetuk Puspa.
Ayo brangkat,
Jawab salah satu teman. Akire kami berangkat nyari bakso di sepanjang daerah
Blauran, depan Empire. Tapi sepanjang jalan pula kami ga nemu. Pada waktu itu
udah pukul 10.00 malem. Untungnya di pojokan BG junction nemu rombong bakso,
kami lesehan deh di pinggiran jalan sambil menikmati Surabaya malem- malem.
Anehnya, meski kami berlima cewek semua, ga ada tuh rasa takut, kami fun-fun
ajah. Jam 11 an kami pulang. Kalo di lihat – lihat, Hotel Empire dari depan
bagus juga yaa. Kami pun memutuskan untuk foto – foto di depan hotel itu.
Tengah asyik foto – foto, lampu depan mati semua, spontan kami berlarian ketakutan
sambil ketawa juga. Sepertinya ada yang matiin dari dalem nih. Whahaha….
Sampe kamar udah
tepar, cuma satu yang masih ON. Puspa, nekat dia nonton film, kalo aq mutusin
bobo aja deh.
# Hari ke – 4
Minggu,
jadwalnya senam bersama. Kami sekamar ga da yang ikut, pada tepar dan bangun
kesiangan. Cepet – cepet deh kami mandi dan siap – siap. Buruan breakfast di
lante 1. Abis breakfast lanjut dengerin materi sambil sesekali menguap dan
terkantuk.
Sampe aku di
ketawain ama mbak Rosi, Tim 5 Kota Malang. Giliran pas Coffee Break semangad
deh. Ku ambil kopi secangkir penuh biar nanti ga ngantuk. Yaelah, selesei
materi malah kepalaku pusing karna kebanyakan minum kopi. Wkwkwk…
Alhamdulillah,
hari itu materi bisa diselesein jam 5 sore. Malemnya kita mau laundry baju. Maklum
kalo di laundriin di hotel, mahal pasti. Akirnya kami cari laundrian di daerah
Blauran, sebelah barat Empire. Agak serem, tempate sepi, dan ada beberapa anak
cowok nongkrong. Demi laundry, kami maju pantang mundur, hehehe…
Setelah nemu
laundry, kami segera balik karena takut kemaleman. Di perjalanan pulang, yang
tepat bersebelahan dengan pasar Blauran, kami mampir sejenak. Ada yang berencana
benakin jam tangan, kalo aku berencana beli celana,,eits celana training lhoo. Sambil
kipas – kipas, temen – temen pada nawar harga. Sumuk banget pada waktu itu. Beda
banget dengan kamar hotel yang sejuk dan nyaman. Ternyata beginilah Surabaya
yang sesungguhnya. Jam setengah 9an kami pun pulang. Kali ini ga foto- foto
lagi di depan hotel. Ntar di matiin lagi lampunya. Wkwkwk
#Hari ke – 5
Seperti
biasanya, kegiatan kami dari pagi bangun tidur, mandi, ambil breakfast dan
materi. Sebenernya bukan materi yang kami tunggu – tunggu. Tapi JJM, yaitu
Jalan – Jalan Malem. Sambil dengerin materi, semoga hari ni selesei jam 5 sore
lagi. Dan bener, malemnya kami jalan – jalan lagi. Dengan alibi mau ambil
laundrian baju. Kami mampir pasar Blauran dulu. Whee…ternyata di sana juga
banyak jual makanan. Yang khas di sana itu es dawetnya. Dan bakso ternyata
banyak disana, tahu gitu ngapain kemaren kami muter-muter yak. Mb Ais dan
temen2 lainnya langsung mupeng saat liat baju murah- murah. Langsung deh pada
beli. Yang stay cold cuma aku aja rupanya. Gile aja sejam lebih di sana aku cuma
beli kaus kaki. Hahaha..
#Hari ke – 6
Hari selasa ini
sepertinya akan padet. Di schedule pulange jam 9.30 malem. Sabar deh,
melemaskan kaki biar ga jalan – jalan terus ae. Inget – inget di sini kan
tujuannya belajar. Ga dolen ae kaya kami.
Materi hari ini
lumayan berat. Ada latihan Antropometri, periksa gigi, tensi darah, pemeriksaan
visus, dan lain – lain. Syukurlah areaku ga ada boimedisnya. Biomedis itu
maksudnya sample nasional dari RISKESDAS 2013 ini. Kalo sample nasional
otomatis ada prosedur pengambilan urin, pengambilan darah, dll. Lebih ribet
jelasnya. Kami tetap semangad untuk mempraktekannya. Sampe akirnya Bu Made
bilang kalo materi di selesein jam 5 sore lagi. Malemnya, kami di izinkan untuk
makek alatnya skalian ambil coffee break. Asyeek...tapi anehnya temen – temen sekamar
ga ada yang semangad kembali ke ruang Virginia B malemnya. Malahan kami hangout
lagi ke BG Junction, wkwkwk …everyday is shopping. Sampe hotel tinggal teparnya.
Baca kuesioner cuma bentar abis tuh amblas deh ke alam mimpi.
#Hari ke – 7
Turun ke
Lapangan,,,I Goo!!
Kali ini
kumpulnya lebih pagi. Jam 08.30 kami sudah siap di parkiran Empire. Lengkap dengan
atribut kaos ijo kuning, tas timbangan, dan kamera tentunya. Sebelum berangkat,
Eksyen duyuu..
Sekejap kami
bergerombol menyerang kampung warga. Eits..lebay juga bahasanya. Soale saking
banyaknya pasukan kami, si ijo royo – royo. Celetuk sesama warga,”aku jek tas
mari ngrijiki omah, jare kate ono pemeriksaan kesehatan”. Ternyata mereka
antusias ya dengan kedatangan kami. Setelah jalan agak lama, kami di temani Bu
Wiji belum nemu juga alamat yang kami cari. Hopeless karena kelompok barengan
kami sudah dapet sasaran semua. Akirnya kami mutusin deh pilih ASMU (asal Bapak
mau). Kami pun nawarin ke tetangga yang mau di wawancarai. Alhamdulillah dapet
deh. Skitar 2 jaman kami wawancara skaligus pengukuran dan observasi. Setelah dirasa
terisi lengkap, kami balik ke Empire. Dari situ kami menyadari bekerja di
lapangan tidak semudah yang di bayangkan. Harus siap penolakan, berlatih banyak
berkomunikasi, dan banyak deh ilmunya yang di dapet. Kami pun istirahat dulu
sebelum ada evaluasi dan diskusi jam 2 siang. Evaluasi berjalan lancar dan
selesei jam 5 sore lagi. Ssiiip b_d
Malemnya mba
Arin kepingin bakso. Akhirnya kami pun keluar. Kemana lagi kalo ga ke pasar
Blauran. Aku menemani mb Arin beli bakso. Hehe,,ngutang dulu ya mb, duitnya
tunggu cair yak. Sedangkan Mb Ais dan Puspa mau beli boneka susan, yang kadang –
kadang kami menyebutnya Chuki karena suaranya serem dan matanya itu lhoo kaya
boneka chuki. Wkwkwk. Abis kenyang pulang deh. Oiya,,ga lupa mba Arin beli kue
kucur, mbanyolnya kami kan berempat. Ternyata beli ne cuma satu buah. Tiwas penjualnya
seneng, di pikirnya mau beli banyak. Hiks..
# Hari ke - 8
Hari itu hari
kamis. Pelatihan di pindah di ruang VIP Lante 6. Lagi – lagi terpesona dengan
ruangannya yang bisa dianggap megah. Apalagi untuk resepsi pernikahan. Semoga deh
suatu saat bisa.
Materi kali ini
adalah Mandat (managemen data). Ya ga jauh- jauh dengan utek2 software dan
entry data. Alhamdulillah berjalan lancar. Dan saat itu juga kami di kabarin
kalo besok sudah pulang. Ada rasa senang karena bakal ketemu keluarga di rumah,
tapi juga berat meninggalkan teman2 yang sudah menemani kurang lebih 9 harian
di sana.
Malemnya kami
memutuskan untuk hang out dan beli maem di luar. Abis bosen sih maem gitu –
gitu terus. Pas keliling kemaren2 kami kan lewat jalan sepanjang BG junction. Kok
ya ada malem – malem warung yang buka. Namanya Sambel Pencit Padin. Rame banget
pembelinya. Karenanya, malam itu kami memutuskan untuk kuliner sebelum kami
balik ke Malang. Di pilihlah Sambel Pencit Padin sebagai destinasi utama kami.
Dikeramean
pembeli kami sante aja pilih – pilih ikan. Waktu itu, aku ambil lele 2 lonjor. Soale
aku emang doyan banget makan lalapan lele. Hehehe,,temen- temen yang lain da
yang ambil daging bebek, ikan dorang dll. Pas masuk meja kasir, kaget banget
aku. La wong menu ku cuma lele 2 ekor, nasi separo, segelas teh dan sambel. Itu
udah 31 ribu. Di Malang dengan menu yang sama, 10 rb udah dapet. Pertama agak
kecewa. Tapi lebih kecewaan Puspa. Soale dia ambil daging bebek, nasi, teh, dan
sambel yang totalannya 41 ribu. Huwoo,,Di luar kekecewaan kami, setelah mencoba
rasanya, hmm enaaak banget. Sambelnya Mak Nyos!!. Semua pada sraaat srooott, apalagi
kalo ga karena kepedesan. Mbeleeer kabeeeh, hahahaha….
Sampe aku
kepikiran suatu hari nanti mau coba lagi deh. Entah ya kalo masalah kuliner aku
tuh ga ada bosen – bosennya, seneng banget jalan – jalan ama kuliner.
Nyampe kamar
nyicil deh packing buat besok J
#Hari ke – 9
Tiba lah hari –
hari terakhir di Surabaya. Pagi – pagi kami packing, cek ricek supaya ga ada
yang ketinggalan. Jam 8.00 tet, kami masuk kelas untuk Closing Ceremony. Di pimpin
pak Agus lagi. Alhamdulillah jam 10 udah selesei. Kami pun menuju kamar untuk
siap siap check out jam 12. Setelah di jemput travel kami pulaaang. Eits..belum
kelar critanya. Sebelum balik ke Malang, kami shopping duluu. Kali nih di
pilihlah PGS Surabaya soale kabarnya di sana harganya murah – murah. Bersama
Mas mujib, Bu nina, Mba Ais, Mba Arin, dan Puspa kami belanja. Selama kurang
lebih 1,5 jam. Pada beli oleh – oleh semua. Jujur, rasanya masih kurang, kerasa
cuma bentar. Lain waktu deh ke sini lagi.
Dan kami pun
pulang. Di mobil pada tidur semua, cuma Bu nina yang masih ON. Sepanjang jalan
ngomong terus. Kita sih yang di belakang udah ngorok dan ngipi - ngipi.
Hihihi…
Dan pada
akhirnya, aku sadari dalam 9 hari banyak banget pengalaman yang ku dapet selama
TC. Senang bisa punya pengalaman seperti ini. Dan ga nyangka pula pada awalnya.
Ya Allah, terimakasih rahmad-Mu.
Semoga cerita
ini bisa menginspirasi pembaca. Ambillah yang positif, dan maklumilah yang negative.
Thank You ^^ (28/04/13 – 9.47 pm)