Selasa, 15 Maret 2016

Menyingkap Kehidupan Masyarakat Pesisir Pantai Prigi



Pagi itu hawa dingin menyelimuti kami yang masih terlelap dalam tidur. Aku pun terbangun dan mengucap syukur atas nikmat dan rahmad-Nya kepadaku. Suasana pagi itu sangat sejuk sesejuk pohon – pohon yang ada di rumah Mbah Jiran. Rumah Mbah Jiran ini adalah basecamp kami untuk beberapa minggu ke depan. Rumah dengan arsitektur kuno, berhalaman luas dan di sekelilingnya di tanami bermacam – macam pepohonan, tak luput di belakang rumah juga ada beberapa tanaman buah. Di sini Mbah Jiran hanya tinggal bersama istrinya, Mbah Endang. Mereka sosok orang tua yang humanis, tak lekang oleh usia, semangatnya masih membara, apalagi jika Mbah Jiran sedang menceritakan masa mudanya. Oouh…. Masa muda yang di penuhi dengan pretasi. Mbah Jiran dulu adalah seorang guru, sekaligus atlet lari. Sifat kedisiplinannya masih terlihat walau kulit sudah keriput, dan mata sudah tidak sejelas dulu. Bu Endang adalah sosok pendamping yang sangat setia, sabar dan penuh kasih sayang kepada siapapun, tidak terkecuali kepada kami. Rumah ini, basecamp pertama kami yang tentu saja tidak bisa aku lupakan, bahkan sampai sekarang. 
Saat itu waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB. Setelah Sholat Subuh aku bergegas untuk antri mandi sebelum teman – teman yang lain bangun. Tak jarang kami sering berebut untuk mandi duluan. Paling sering aku di serobot oleh mas Warsho, salah satu teman kami yang senior. Di saat yang lain sedang bergantian mandi, kami membeli sarapan. Biasanya ketika pagi kami ke pasar Prigi yang letaknya kurang lebih 500 meter sebelah timur rumah Mbah Jiran. Pasar ini ramai ketika pagi hari saja. Di sana ada makanan yang khas, tetapi aku lupa namanya, bentuknya seperti lontong sayur, yang biasa di makan dengan sayur manisah dan peyek. Harganya cukup ramah di kantong kami, mungkin sekitar 4.000,- saja. Jika tidak ke pasar Prigi, kami ke warung Mbah Ginah. Sejarah menemukan warung mbah Ginah ini, awalnya kami memperoleh informasi dari responden, dari mulut ke mulut. Yup, di sana favorit buat temanku yang bernama Udin, karna citarasanya yang maknyus, semua masakannya masih di masak memakai pawon (memasak menggunakan kayu bakar), sistemnya prasmanan, dan harganya ramah banget di kantong.
Selepas sarapan bersama (untuk makan tim kami memang mengusahakan untuk selalu makan bersama), kami bergegas untuk mengecek tas masing2, dan kemudian berangkat ke rumah responden masing – masing. Kali ini aku mendapatkan giliran mengunjungi rumah salah satu responden yang tidak bisa kami sebutkan namanya, beliau seorang lansia yang usianya lebih dari 60. Sehari – hari bapak ini membuat reyeng, ialah keranjang ikan yang terbuat dari bambo yang di bilah – bilah kemudian di anyam. Beliau bekerja hanya dengan istrinya. Sedangkan anaknya, bekerja sebagai nelayan. Tak jarang untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari, beliau mencarikan rumput untuk kambing milik tetangganya. Walaupun hasilnya pun tidak seberapa. Anaknya yang bekerja sebagai nelayan, hasilnya juga tidak pasti. Untuk musim – musim tertentu, bahkan tidak ada ikan sama sekali untuk di tangkap. Di luar kesempitan hidup, keluarga ini tampak senantiasa bahagia. Di tengah – tengah perbincangan kami, ada saja celetuk beliau yang membuat kami tertawa. Sungguh menyenangkan keluarga ini. Keluarga yang ramah, dan hangat. Mereka tidak mempermasalahkan kesulitan ekonomi, karena mereka tahu bahwa rejeki itu sudah di atur oleh-Nya. Tak terasa perbincangan kami pun sudah sampai jam 14.00, aku berpamitan kepada beliau untuk istirahat sejenak di basecamp dan malam nanti akan kembali lagi. 
Malam pun tiba, selepas Maghrib, aku menyiapkan beberapa alat kesehatan. Selanjutnya bergegas ke rumah beliau untuk meneruskan perbincangan kami yang tadi siang belum selesai. Sesampainya di sana, kami di sambut dengan ramah, dan semua anggota keluarga sudah berkumpul. Tak jarang di tengah – tengah perbincangan, beliau menguap tanda mengantuk, aku semangati beliau dengan mengajaknya bercanda, alakadarnya hehe…. Karna aku pun juga tidak terlalu humoris orangnya. Dan ssst…. Lampu mati, perbincangan makin seru walaupun lampu mati. Dengan penerangan seadanya, akhirnya pengumpulan data untuk keluarga ini selesai. Saatnya pengukuran kesehatan, keluarga sangat antusias, kami pun makin bersemangat. Dan setelah jam 09.15, semuanya selesai selepas memberikan tanda terimakasih kami berpamitan pulang….. to be continue

Selasa, 02 Juli 2013

Kenapa Diet Anda Gagal ??


Sobat – sobat sekalian, pernah Anda melakukan diet untuk menurunkan berat badan ??? Pada awal – awal berhasil tapi setelah beberapa waktu berat badan Anda bukannya ideal, melainkan bertambah dan bahkan melebihi berat badan semula sebelum diet. Hal itu sering terjadi pada beberapa klien yang mengeluhkan usahanya untuk menurunkan berat badan.

Tubuh sehat secara alami adalah dambaan semua orang. Begitu juga dengan usaha menurunkan berat badan secara sehat, alami dan permanent merupakan salah satu hal yang ingin di ketahui banyak orang dan akan kita bahas bersama di sini. Berat badan ideal adalah suatu hal yang “possible” (baca : mungkin) bagi siapa saja yang menginginkan. Namun, untuk mendapatkannya perlu usaha, komitmen dan rasa percaya diri. Bukan malah Anda terlalu percaya pada obat – obat pelangsing yang mahal atau diet – diet popular yang justru berbahaya.

Diet Anda gagal disebabkan kurang realistis dan cara diet yang dilakukan tidak sesuai untuk di terapkan secara permanent. Tubuh kita sudah di desain untuk meningkatkan berat badan, bukan untuk menurunkan berat badan. Ketika Anda sangat membatasi asupan makanan yang masuk ke tubuh kita, secara otomatis tubuh melakukan adaptasi. Pada mulanya, metabolisme tubuh Anda akan menurun. Tujuannya untuk menghemat energi. Kemudian simpanan – simpanan energi dalam tubuh akan di pecah. Tidak hanya lemak yang di pecah, tetapi juga simpanan energi di dalam otot. Simpanan energi dalam otot sering saya sebut sebagai massa otot. Ketika pemecahan otot terjadi, tentu saja itu akan berpengaruh pada berat badan Anda yang berkurang. Tapi jangan bangga dulu karena diet Anda berhasil.

Massa otot sangat penting bagi tubuh kita. Ketika massa otot mulai berkurang, metabolisme tubuh berjalan lebih lambat. Anda mungkin akan merasa tidak ada masalah pada minggu pertama diet tetapi setelahnya ketika tubuh banyak kehilangan energi, bahkan Anda merasa kelaparan. Hal tersebut mempengaruhi Anda untuk melanggar diet dengan makan lebih banyak. Dan di sinilah “titik awal” kegagalan diet Anda.

Sobat sekalian, untuk mendapatkan tubuh dengan berat badan ideal yang aman dan permanent perlu ada strateginya. Lain waktu akan kita bahas bersama tentang bagaimana tips dan trik untuk menurunkan berat badan yang aman. Yang terpenting adalah tetap focus dan komitmen karena proses ini tidak mudah. Jika ada seseorang atau iklan yang mengklaim menurunkan berat badan secara instant, itu “salah”. Tidak ada obat, formula, atau alat yang bisa menurunkan berat badan secara cepat dan mudah karena semua butuh proses. Okey, terimakasih dan semoga bermanfaat.

Selasa, 11 Juni 2013

RISKESDAS 2013 Kota Malang, Heyooo,,,,,,


Saat detik – detik terakhir Training Center (TC) di Surabaya akhir bulan April lalu, ada ekspresi sedih dan gak mau pisah dengan enum dari kota/kab lain. Hal itu karena selama kurang lebih 9 hari di sana kami merasa sudah dekat dan seperti keluarga. Tapi kembali lagi, di sini fokusnya adalah mengemban tugas negara. Mau tidak mau, suka tidak suka, kami harus PULANG ke kota/kab masing – masing.

Untuk enum Malang, kami dikumpulkan lagi tanggal 1 mei. Untung tidak langsung puldat (pengumpulan data). Pada hari itu, semua enum Malang berkumpul di Dinas Kesehatan (DINKES) Kota Malang untuk mengikuti pembukaan RISKESDAS 2013 wilayah Kota Malang. Acara berlangsung cukup singkat, isinya sambutan – sambutan aja. Eits,,,tapi ga boleh seneng dulu, karena ternyata setelah pembukaan, kami di bawa ke tempat yang menurut orang DINKES itu basecamp kami nantinya. Dan ternyata,,,Basecamp nya itu di ruang kosong deketnya RSB (Rumah Sakit Bersalin), sebelahnya ruang operasi pula. Gimana gak keder waktu masuk. Hihii….Tapi enggak apa apa lah untuk hari itu saja. Di sana kami ngecek – ngecek kuesioner. Seneng sih, rame – rame. Bu Widji juga ikut lhoo (Bu Widji itu supervisor kami selama jadi enum di malang).

Tepat tanggal 3 Mei, kami mulai puldat. Lokasi sasaran kami di Wonokoyo. Hmm…daerahnya orang MA (Madura Aseli) dan merupakan lokasi terjauh kami. Kami ber-25 langsung terjun ke lapangan, lengkap dengan peralatan perang. Hehe,,,lebayy, Alhamdulillahnya kami di sambut baik oleh warga sana. Sampe – sampe setiap rumah ada aja yang kasih makanan. Yang ga bisa tak lupakan di Wonokoyo itu, aku pernah ke rumah warga yang di dalemnya cuma ada 2 orang. Seorang kakek dan seorang ibu. Jangan salah, ternyata mereka ini suami istri. Meski di usianya yang sekitar 70-an ini. Kakek tersebut masih energik, dan lucunya ga ketulungan. Masih inget banget kalo sang kakek sempet ngeramal pada usia berapa kami akan nikah. Aku, mbak Arin, dan Puspa di buat ketawa terus sama beliau.

Lanjut dari Wonokoyo, kami ke Gadang. Lokasinya 180 persen berbeda dari Wonokoyo. Maksudnya lokasinya itu lo perumahan besar dan rata – rata orang penting. Otomatis kami harus menyesuaikan bagaimana kami berkomunikasi, menjelaskan maksud dari kedatangan kami, cara berpakaian juga kami perhatikan. Dari 2 lokasi pertama itu aja kami merasa bahwa kerja di setting komunitas itu susah susah gampang. Dengan karakter masyarakat yang berbeda – beda, adanya terbuka, ada yang tertutup, status pendidikan yang bermacam-macam pun tidak kami abaikan.

Lokasi yang masih teringat di benak saya setelahnya adalah Kasin. Yah, kalo kemarin – kemarin yang kami hadapi etnis Madura, di sana yang kami ketemui adalah ONEC. Ada yang tahu apa itu???.  ONEC itu sebutan salah satu anggota kelompok kami, Bu Nina. Kata beliau, kalo orang asli Malang ngerti maksud dari bahasanya dia. Ternyata ONEC itu maksudnya etnis thionghoa/ cina. Jujur sebelum masuk ke lapangan, pikiranku sudah jelek duluan. Di bayanganku nanti kami pasti ditanyain macem – macem yang duetill dulu baru orange mau diambil data. Memang rata – rata orang cina itu kritis. Dan ternyata bener loh, baru masuk aja kami wes ditanya soal SPJ (Surat Perintah Jalan) dari Dinkes, Surat dari kelurahan, Surat RW, wes pokoknya detil banget. Tapi kami senang karena itu suatu pembelajaran tersendiri bagi kami. Dan Alhamdulillahnya, sebenernya kalau kita bisa menjelaskan informasi dengan baik kepada mereka, kita pasti di terima baik kok sama mereka.

Hari – hari berikutnya, kami juga turun ke lokasi yang berbeda – beda. Kami pernah dapat lokasi di area Kota Malang sebelah timur. Kalau waktu itu pembaca ikut bersama kami, mungkin semua tidak akan menyangka bahwa itu kota. Hmm…karena daerahnya itu masih pelosok, masih banyak kebun tebu, jalan juga masih jelek (kalau orang Malang menyebutnya “Gronjalan”), Puskesmas jauh, praktek dokter jauh, sekolah juga lumayan jauh, apalagi rumah sakit dan Mall. Mata pencaharian warganya rata – rata buruh membuat batu bata. Jumlah remaja yang menikah di bawah umur juga tinggi. Kalau di pikir – pikir, ironis memang. Di tengah hiruk pikuk kota yang semakin maju, kebutuhan financial yang semakin tinggi, kok ya masih ada daerah yang seperti ini. Kami cuma berharap dengan apa yang kami lakukan ini, setidaknya bisa membuat “Melek” pemerintah untuk lebih memperhatikan masyarakatnya.

Lokasi terakhir yang kami kunjungi adalah The OLD city (Sebutan kerennya Kota Lama). Kalo di sini, kami ketemu dengan orang MA lagi. Ada yang masih inget??,,yup, Orang Madura Aseli. Hehehe,,,,
Kota Lama ini lokasi yang paling padat penduduknya menurut kami. Bener sih cuma satu blok tapi jumlah ART (Anggota Rumah Tangga) nya per-rumah “lumayan”. Jalan- jalan di daerah sini sensasinya sama dengan masuk kampung yang letaknya di gang – gang kecil di Jakarta (kayak pernah aja ke Jakarta…liat dari TiPi doang, hehehe). Kalau menurut saya pribadi itu pengalaman menarik yang mungkin susah untuk di lupakan. Di mana kami jalan di antara rumah yang bisa di sebut “tidak besar”, dengan banyak anak – anak kecil berlarian, ibu – ibu tua duduk – duduk di  teras. Beneran deh, Sensasinya “sesuatu”. Suatu saat berharap bisa mengulang masa – masa ini. Dan di sini, kami belajar banyak mengenai arti keluarga. Terutama soal tradisi “Makan Gak Makan Asal Kumpul” dan “Banyak Anak Banyak Rejeki”. Sepertinya warga di sini memegang kuat tradisi tersebut.

Hingga kami temukan sebuah rumah yang menjadi salah satu responden kami. Rumahnya bisa di bilang tidak besar. Kurang lebih ukurannya 15 m2 dengan jumlah ART 5 orang. Dengan ukuran segitu di dalemnya sudah ada kamar mandi, kamar tidur dan dapur, ada etalase kecil buat dagangan pula. Bisa di bayangkan kan? Bagaimana ruwetnya. Dari perbincangan dengan si Ibu, untuk ukuran rumah segitu itu pun kontrak. Perasaan kami ga karuan, antara ga tega tapi yah gimana lagi. Kami belum bisa membantu apa – apa.

Flash Back lagi ke responden – responden sebelumnya yang bisa di bilang hidup berkecukupan. Pernah kami menemukan responden yang rumahnya aja 2000 m2. Punya bengkel, warung makanan, dan galeri. Lantas kami berpikir kenapa ya jauh sekali kesenjangan social. Ini aja masih level Malang. Bagaimana kalo sudah level provinsi, bahkan pusat. Tanya kenapa???? Saya pun tidak bisa menjawab.

Dan Akhirnya, banyak pelajaran yang bisa kami petik dari pengalaman – pengalaman kami ketika menjadi Enumerator RISKESDAS 2013 untuk wilayah Kota Malang. Memang sekilah melihat potretnya, banyak hal yang masih perlu di benahi. Kami hanya berharap semoga apa yang telah kami lakukan bisa memberi manfaat. Bukan di lihat dari besar kecilnya usaha yang kami keluarkan, tapi lebih kepada dampak yang di hasilkan. thx


Minggu, 28 April 2013

Kesan selama mengikuti Training Center (TC) RISKESDAS 2013


Tanggal 18 April 2013, tepat TC akan diadakan. Segala Planing sudah aku siapin hari – hari sebelumnya. Hehe komplit sak snack, baju, dan tetek bengeknya.
Jam 09.00 pagi, siap berangkat ke Surabaya. Kami berlima, ada Mas Mujib (ketua tim), Puspa, Bu Nina, dan satu lagi yg belum ku kenal. Destinasi kali ini ke Empire Palace Surabaya. Agaknya skitar 10 hari akan menginap disana. Dalam hati penasaran, kaya gimana neh tempatnya…..

Aseeek,,,akhirnya setelah menelan kemacetan kota Surabaya, sampe juga di hotelnya. Huii....kaya jaman2 Romawi arsitekturnya. Then, kita masuk langsung menuju ke Lante 2 untuk Opening Ceremony. Pas juga, perut lagi laper ternyata di Lante 2 sudah di siapin prasmanan. Hihihi…

Opening Ceremony, langsung di pimpin oleh Pak Agus, Ketua Pusat dari Proyek RISKESDAS ini. Awalnya aku pikir MC lho Pak Agus ini, soalnya beliau low profile banget. Hiks,,,Lucunya di tengah2 sambutan ada foto bersama setiap enumerator kab/kota. Kooq ya ga di akhir acara aja sekalian. Yang di tunggu2 adalah pembagian kunci kamar. Bareng2 deh nyari kamar yang ternyata ada deket lobby, aseek-aseek…

Sampe di kamar, lumayan nieh, kamar kami luas di banding teman-teman lain. Rebahan dulu aahh sebelum dapet materi nanti malem.

#Hari ke – 2
Materi masih padet – padetnya. Gimana ga padet, kami berangkat ke Lante 2 (ruang Virginia B) itu aja mulai jam 8.00 pagi sampe jam 20.30 malem. Apalagi kena materi Bangsen (Bangunan sensus), posing wess. Hehehe,,,
Tapi semuanya ku lalui dengan fun karna ada teman sekamar yang gokil – gokil. Ada Puspa, Mba Arin (yang di mobil belum ku kenal), dan Mba Ais yang sekamar dengan kami.

#Hari ke 3
Tepat hari Sabtu. Liat schedule, hwaduuh hari ne pulang jam 21.00. Padahal hari ne malem minggu, pengen jalan-jalan. Kami tetep masuk jam 08.00 pagi, setelah breakfast tentunya. Menu breakfast ga jauh beda dengan hari kemarin, Nasi goreng, mie goreng, Ayam, tahu, dan tempe (bosen reek, hohoho). Tapi ga papalah mengganjal perut sebelum kena materi dari Bu Wiji (PJT Kota Malang) dan Drg. Made (PJT Kab Gresik). Huaamm,,,sek ngantuk rek. Alhamdulillah, materi kali nih banyak di pegang Bu Made, jadi lebih cepet, hihihi. Daaan akhirnya materi hari ini udah selesai jam 5 sore. Makasih Bu Made, kami bisa jalan – jalan.

Bergegas kami mandi dan siap2 Hangout. Eitss,,buat mengirit ongkos kami makan dulu di hotel. Baru setelah makan, capcus keluar. Sempet bingung sih, mau hangout kemana. Tanya ke Pak Security, katanya TP deket (Tunjungan Plaza). Ya udah, ketimbang jalan agak lumayan, kami pilih becak deh. Dalam hati, baru kali nih malem2 keliling kota pake becak. Sekitar 20 menitan udah sampe di depan TP,,
“ Berapa Pak 2 orang?”, tanyak Puspa, temen sekamarku
“10 ribu aja mba”, jawab bapak becaknya
Jadi kami berempat tadi bayar 20 rb, cuma buat becak. Ga papa deh pokoke seneng, whehehe..
Di TP, agak lama sih kurang lebih 2,5 jaman. Nothing interested buat aku yang ga begitu suka nge-Mall. Sampe kejebak beli Ice Cream. Uda ga Enak, mahal pula. Mending tadi beli roti kaya temen-temen.
Saatnya balik, pas di depan ada taxi. “Buruan deh tawar harganya, selak kemaleman”, mba Ais ngingetin.
Oke dah, mba Arin yang maju. Cukup 15 rb aja mba, kata pak Taxi nya. Yaaah,,,tau gitu tadi brangkate naek taxi aja. Agak umpel2an soale isine berlima (ketambahan mb Ratna yang kebetulan ketemu di TP). Nyampe di lobby Empire, foto – foto dulu.
“Kepingin Bakso neh”, celetuk Puspa.
Ayo brangkat, Jawab salah satu teman. Akire kami berangkat nyari bakso di sepanjang daerah Blauran, depan Empire. Tapi sepanjang jalan pula kami ga nemu. Pada waktu itu udah pukul 10.00 malem. Untungnya di pojokan BG junction nemu rombong bakso, kami lesehan deh di pinggiran jalan sambil menikmati Surabaya malem- malem. Anehnya, meski kami berlima cewek semua, ga ada tuh rasa takut, kami fun-fun ajah. Jam 11 an kami pulang. Kalo di lihat – lihat, Hotel Empire dari depan bagus juga yaa. Kami pun memutuskan untuk foto – foto di depan hotel itu. Tengah asyik foto – foto, lampu depan mati semua, spontan kami berlarian ketakutan sambil ketawa juga. Sepertinya ada yang matiin dari dalem nih. Whahaha….
Sampe kamar udah tepar, cuma satu yang masih ON. Puspa, nekat dia nonton film, kalo aq mutusin bobo aja deh.

# Hari ke – 4
Minggu, jadwalnya senam bersama. Kami sekamar ga da yang ikut, pada tepar dan bangun kesiangan. Cepet – cepet deh kami mandi dan siap – siap. Buruan breakfast di lante 1. Abis breakfast lanjut dengerin materi sambil sesekali menguap dan terkantuk.
Sampe aku di ketawain ama mbak Rosi, Tim 5 Kota Malang. Giliran pas Coffee Break semangad deh. Ku ambil kopi secangkir penuh biar nanti ga ngantuk. Yaelah, selesei materi malah kepalaku pusing karna kebanyakan minum kopi. Wkwkwk…
Alhamdulillah, hari itu materi bisa diselesein jam 5 sore. Malemnya kita mau laundry baju. Maklum kalo di laundriin di hotel, mahal pasti. Akirnya kami cari laundrian di daerah Blauran, sebelah barat Empire. Agak serem, tempate sepi, dan ada beberapa anak cowok nongkrong. Demi laundry, kami maju pantang mundur, hehehe…
Setelah nemu laundry, kami segera balik karena takut kemaleman. Di perjalanan pulang, yang tepat bersebelahan dengan pasar Blauran, kami mampir sejenak. Ada yang berencana benakin jam tangan, kalo aku berencana beli celana,,eits celana training lhoo. Sambil kipas – kipas, temen – temen pada nawar harga. Sumuk banget pada waktu itu. Beda banget dengan kamar hotel yang sejuk dan nyaman. Ternyata beginilah Surabaya yang sesungguhnya. Jam setengah 9an kami pun pulang. Kali ini ga foto- foto lagi di depan hotel. Ntar di matiin lagi lampunya. Wkwkwk

#Hari ke – 5
Seperti biasanya, kegiatan kami dari pagi bangun tidur, mandi, ambil breakfast dan materi. Sebenernya bukan materi yang kami tunggu – tunggu. Tapi JJM, yaitu Jalan – Jalan Malem. Sambil dengerin materi, semoga hari ni selesei jam 5 sore lagi. Dan bener, malemnya kami jalan – jalan lagi. Dengan alibi mau ambil laundrian baju. Kami mampir pasar Blauran dulu. Whee…ternyata di sana juga banyak jual makanan. Yang khas di sana itu es dawetnya. Dan bakso ternyata banyak disana, tahu gitu ngapain kemaren kami muter-muter yak. Mb Ais dan temen2 lainnya langsung mupeng saat liat baju murah- murah. Langsung deh pada beli. Yang stay cold cuma aku aja rupanya. Gile aja sejam lebih di sana aku cuma beli kaus kaki. Hahaha..

#Hari ke – 6
Hari selasa ini sepertinya akan padet. Di schedule pulange jam 9.30 malem. Sabar deh, melemaskan kaki biar ga jalan – jalan terus ae. Inget – inget di sini kan tujuannya belajar. Ga dolen ae kaya kami.
Materi hari ini lumayan berat. Ada latihan Antropometri, periksa gigi, tensi darah, pemeriksaan visus, dan lain – lain. Syukurlah areaku ga ada boimedisnya. Biomedis itu maksudnya sample nasional dari RISKESDAS 2013 ini. Kalo sample nasional otomatis ada prosedur pengambilan urin, pengambilan darah, dll. Lebih ribet jelasnya. Kami tetap semangad untuk mempraktekannya. Sampe akirnya Bu Made bilang kalo materi di selesein jam 5 sore lagi. Malemnya, kami di izinkan untuk makek alatnya skalian ambil coffee break. Asyeek...tapi anehnya temen – temen sekamar ga ada yang semangad kembali ke ruang Virginia B malemnya. Malahan kami hangout lagi ke BG Junction, wkwkwk …everyday is shopping. Sampe hotel tinggal teparnya. Baca kuesioner cuma bentar abis tuh amblas deh ke alam mimpi.

#Hari ke – 7
Turun ke Lapangan,,,I Goo!!
Kali ini kumpulnya lebih pagi. Jam 08.30 kami sudah siap di parkiran Empire. Lengkap dengan atribut kaos ijo kuning, tas timbangan, dan kamera tentunya. Sebelum berangkat, Eksyen duyuu..
Sekejap kami bergerombol menyerang kampung warga. Eits..lebay juga bahasanya. Soale saking banyaknya pasukan kami, si ijo royo – royo. Celetuk sesama warga,”aku jek tas mari ngrijiki omah, jare kate ono pemeriksaan kesehatan”. Ternyata mereka antusias ya dengan kedatangan kami. Setelah jalan agak lama, kami di temani Bu Wiji belum nemu juga alamat yang kami cari. Hopeless karena kelompok barengan kami sudah dapet sasaran semua. Akirnya kami mutusin deh pilih ASMU (asal Bapak mau). Kami pun nawarin ke tetangga yang mau di wawancarai. Alhamdulillah dapet deh. Skitar 2 jaman kami wawancara skaligus pengukuran dan observasi. Setelah dirasa terisi lengkap, kami balik ke Empire. Dari situ kami menyadari bekerja di lapangan tidak semudah yang di bayangkan. Harus siap penolakan, berlatih banyak berkomunikasi, dan banyak deh ilmunya yang di dapet. Kami pun istirahat dulu sebelum ada evaluasi dan diskusi jam 2 siang. Evaluasi berjalan lancar dan selesei jam 5 sore lagi. Ssiiip b_d
Malemnya mba Arin kepingin bakso. Akhirnya kami pun keluar. Kemana lagi kalo ga ke pasar Blauran. Aku menemani mb Arin beli bakso. Hehe,,ngutang dulu ya mb, duitnya tunggu cair yak. Sedangkan Mb Ais dan Puspa mau beli boneka susan, yang kadang – kadang kami menyebutnya Chuki karena suaranya serem dan matanya itu lhoo kaya boneka chuki. Wkwkwk. Abis kenyang pulang deh. Oiya,,ga lupa mba Arin beli kue kucur, mbanyolnya kami kan berempat. Ternyata beli ne cuma satu buah. Tiwas penjualnya seneng, di pikirnya mau beli banyak. Hiks..

# Hari ke - 8
Hari itu hari kamis. Pelatihan di pindah di ruang VIP Lante 6. Lagi – lagi terpesona dengan ruangannya yang bisa dianggap megah. Apalagi untuk resepsi pernikahan. Semoga deh suatu saat bisa.
Materi kali ini adalah Mandat (managemen data). Ya ga jauh- jauh dengan utek2 software dan entry data. Alhamdulillah berjalan lancar. Dan saat itu juga kami di kabarin kalo besok sudah pulang. Ada rasa senang karena bakal ketemu keluarga di rumah, tapi juga berat meninggalkan teman2 yang sudah menemani kurang lebih 9 harian di sana.
Malemnya kami memutuskan untuk hang out dan beli maem di luar. Abis bosen sih maem gitu – gitu terus. Pas keliling kemaren2 kami kan lewat jalan sepanjang BG junction. Kok ya ada malem – malem warung yang buka. Namanya Sambel Pencit Padin. Rame banget pembelinya. Karenanya, malam itu kami memutuskan untuk kuliner sebelum kami balik ke Malang. Di pilihlah Sambel Pencit Padin sebagai destinasi utama kami.
Dikeramean pembeli kami sante aja pilih – pilih ikan. Waktu itu, aku ambil lele 2 lonjor. Soale aku emang doyan banget makan lalapan lele. Hehehe,,temen- temen yang lain da yang ambil daging bebek, ikan dorang dll. Pas masuk meja kasir, kaget banget aku. La wong menu ku cuma lele 2 ekor, nasi separo, segelas teh dan sambel. Itu udah 31 ribu. Di Malang dengan menu yang sama, 10 rb udah dapet. Pertama agak kecewa. Tapi lebih kecewaan Puspa. Soale dia ambil daging bebek, nasi, teh, dan sambel yang totalannya 41 ribu. Huwoo,,Di luar kekecewaan kami, setelah mencoba rasanya, hmm enaaak banget. Sambelnya Mak Nyos!!. Semua pada sraaat srooott, apalagi kalo ga karena kepedesan. Mbeleeer kabeeeh, hahahaha….
Sampe aku kepikiran suatu hari nanti mau coba lagi deh. Entah ya kalo masalah kuliner aku tuh ga ada bosen – bosennya, seneng banget jalan – jalan ama kuliner.
Nyampe kamar nyicil deh packing buat besok J

#Hari ke – 9
Tiba lah hari – hari terakhir di Surabaya. Pagi – pagi kami packing, cek ricek supaya ga ada yang ketinggalan. Jam 8.00 tet, kami masuk kelas untuk Closing Ceremony. Di pimpin pak Agus lagi. Alhamdulillah jam 10 udah selesei. Kami pun menuju kamar untuk siap siap check out jam 12. Setelah di jemput travel kami pulaaang. Eits..belum kelar critanya. Sebelum balik ke Malang, kami shopping duluu. Kali nih di pilihlah PGS Surabaya soale kabarnya di sana harganya murah – murah. Bersama Mas mujib, Bu nina, Mba Ais, Mba Arin, dan Puspa kami belanja. Selama kurang lebih 1,5 jam. Pada beli oleh – oleh semua. Jujur, rasanya masih kurang, kerasa cuma bentar. Lain waktu deh ke sini lagi.
Dan kami pun pulang. Di mobil pada tidur semua, cuma Bu nina yang masih ON. Sepanjang jalan ngomong terus. Kita sih yang di belakang udah ngorok dan ngipi - ngipi.
Hihihi…
Dan pada akhirnya, aku sadari dalam 9 hari banyak banget pengalaman yang ku dapet selama TC. Senang bisa punya pengalaman seperti ini. Dan ga nyangka pula pada awalnya. Ya Allah, terimakasih rahmad-Mu.  
Semoga cerita ini bisa menginspirasi pembaca. Ambillah yang positif, dan maklumilah yang negative. Thank You ^^ (28/04/13 – 9.47 pm)